BLOK MURUTI
Sejak
tahun 1997, ketika perusahaan Amerika ARCO mengumumkan ditemukannya cadangan
gas yang besar di Teluk Bintuni, kecepatan eksploitasi sumber daya alam di
Papua telah meningkat tajam. Meskipun ada krisis keuangan Asia, jatuhnya
Soeharto dan meningkatnya masalah politik di Papua, semakin banyak perusahaan
Indonesia dan asing yang mencari keuntungan dari sumber daya ini. Selain
mineral, minyak dan gas, hutan Papua merupakan target utama ekploitasi.
Proyek
LNG Tangguh BP, yang terletak di distrik Teluk Bintuni dalam provinsi Papua
Barat. Lokasi utama proyek itu terletak di pesisir selatan Teluk Berau, sebelah
selatan semenanjung 'Kepala Burung' Papua Barat. Batas-batas distrik itu
ditentukan pada tahun 2006 dan terdiri dari 11 kecamatan dan 97 desa. Luas
daerah itu meliputi 18.658,00 km2, dengan penduduk sebanyak 48.079 orang.
Kondisi
geologi di Teluk itu cukup kaya akan mineral, minyak dan gas. Menurut BP,
konsesi Tangguh memiliki hak atas 14,4 triliun kaki kubik cadangan gas yang
telah terbukti, dengan cadangan yang mungkin ada sebesar 24-25 triliun kaki
kubik.
Proyek
Tangguh LNG memiliki tiga blok konsensi: Wiriagar, yang masa kontraknya berlaku
hinggal 2023, dan Berau serta Muturi, yang masa kontraknya berlaku
masing-masing hingga 2017 dan 2022. Untuk memproses gas, BP Tangguh telah
membangun pabrik LNG di atas lokasi seluas 3.500 hektare di Distrik Babo.
Investasi modal seluruhnya untuk proyek ini, yang diharapkan akan berjalan
selama paling tidak 20 tahun adalah sebesar sekitar US$5 miliar
Tangguh
LNG merupakan suatu pengembangan unitisasi dari enam lapangan gas terunitisasi
yang terletak di wilayah Kontrak Kerja Sama (KKS) Wiriagar, Berau dan Muturi di
Teluk Bintuni, Papua Barat. Cadangan gas ditemukan pada pertengahan
tahun 1990-an oleh Atlantic Richfield Co. (ARCO). Tangguh LNG dioperasikan oleh
BP Berau Ltd. (100% milik BP). Anak perusahaan lain milik BP lainnya dalam
pengembangan Tangguh LNG ini adalah BP Muturi Holdings B.V., BP Wiriagar Ltd.
dan Wiriagar Overseas Ltd. – sehingga membuat BP memiliki 40.22% kepesertaan di
Tangguh LNG.
Mitra-mitra kerja
lainnya:
• MI Berau B.V.
(16.30%)
• CNOOC Muturi Ltd. (13.90%)
• Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd.
(12.23%)
• KG Berau Petroleum Ltd (8.56%)
• KG Wiriagar Overseas Ltd. (1.44%)
• Indonesia Natural Gas Resources Muturi
Inc. (7.35%)
Tangguh
mulai berproduksi pada tahun 2009, hanya empat tahun setelah memperoleh
persetujuan dari Pemerintah. Kini Tangguh beroperasi sesuai kapasitas
terpasangnya, dan pekerjaan sedang berlangsung untuk mengembangkan Tangguh
dengan penambahan satu kilang LNG baru (Train 3)
Proyek
ini meliputi kegiatan pengeboran gas dari enam lapangan untuk menarik cadangan
gas sekitar 14,4 triliun kaki kubik melalui dua anjungan lepas pantai yang
terletak di Teluk Bintuni . Dari dua anjungan tersebut, gas akan mengalir
melalui pipa bawah laut menuju fasilitas proses LNG di pantai selatan teluk.
Dari sana, LNG akan dibawa ke pasar energi menggunakan tanker LNG.
Proyek
LNG Tangguh ini terletak di Teluk Bintuni yang berada di daerah kepala burung Pulau
Papua pada koordinat 2°26′30″LS, 133°08′10″BT.
Gambar 1. Peta Lokasi Blok Muturi
Geologi
Papua
Geologi
Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan
serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke
barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua
Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan
yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur kompleks
terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi kerak Benua
Indo-Australia.
Daerah
Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen sampai Resen.
Kompresi ini merupakan hasil interaksi konvergen miring (oblique)
antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline
(Dow dan Sukamto, 1984). Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong,
Blok Kemum – Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur
Lipatan-Anjakan Lengguru dan Cekungan Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar
Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan
dan baratdaya. Cekungan-cekungan Bintuni, Berau dan Salawati diketahui
sebagai cekungancekungan Tersier.
Blok Kemum
adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi oleh Sesar Sorong di
utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf,
pada beberapa tempat diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya
dicirikan oleh kehadiran sedimen klastik tidak termetamorfosakan berumur
Paleozoikum-Mesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier (Pigram dan Sukanta,
1981; Pieters dkk., 1983). Blok Kemum terangkat pada masa Kenozoikum Akhir
dan merupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian sedimen klastik di
utara Cekungan Bintuni.
Cekungan
Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di
bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru. Cekungan ini
dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan
Berau oleh Perbukitan Sekak.
Gambar 2. Cekungan Pada
Kepala Burung Papua
Cekungan Bintuni
Cekungan Bintuni adalah
cekungan foreland yang terletak di Kepala Burung Papua. Posisinya yang
berada di sekitar tumbukan Lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik menyebabkan
cekungan tersebut mengalami sejarah tektonika dan pengendapan yang kompleks.
Pada dekade terakhir ini, sedimen Pratersier cekungan tersebut telah menjadi
objek yang menarik untuk eksplorasi hidrokarbon, yaitu sejak ditemukannya
beberapa lapangan gas raksasa di Kompleks Tangguh selama tahun 1990an. Karena
hal tersebut, biostratigrafi Pratersier cekungan ini perlu dianalisis secara
teliti untuk kemudian dibuat bagan zonasi yang lebih aplikatif dan akurat
sehingga kegiatan eksplorasi pada play berumur Pratersier dapat
dilakukan secara lebih baik. Merujuk skala waktu geologi, Kapur Akhir (99,6 -
65,5 jtl.) meliputi tahapan umur antara Cenomanian sampai Maastrichtian,
sedangkan berdasarkan zonasi nanoplankton berkisar antara zona CC9 sampai CC26.
Gambar 3.
Lokasi Cekungan di Papua
Sebagai cekungan yang berada di sekitar tumbukan antara tiga
lempeng, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia Australia, dan Lempeng Pasifik,
Cekungan Bintuni memiliki sejarah tektonik yang sangat kompleks. Menurut
Lemigas (2009), episode tektonik dan struktur geologi yang berkembang tidak
dapat dipisahkan dari empat tektonik skala besar yang terjadi di kawasan Timur
Indonesia dan Australia, yaitu:
1
Rifting
pada Awal Jura di sepanjang batas
utara Lempeng Australia (Pulau Papua New Guinea).
2
Rifting Awal
Jura di sepanjang barat laut Paparan Autralia termasuk Palung Aru (NW shelf
rift).
3
Kolosi
Neogen antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, serta subduksi pada Palung
New Guinea yang menghasilkan jalur perlipatan Papua dan Lengguru.
4
Kolosi Neogen antara Jalur Banda dengan
Lempeng Australia yang membentuk Jalur Kepulauan Kumawa-Onin-Misool.
Semua
episode tektonik tersebut berimplikasi pada kompleksitas tataan struktur di
Papua bagian barat terutama di daerah Lengguru dan Babo pada bagian Leher
Kepala Burung.
Stratigrafi
¡ Stratigrafi Pulau Papua meliputi sikuen
batuan-batuan Pra-Kambrium hingga endapan Kuarter yang masing-masing tersingkap
dari bagian Kepala hingga Badan Burung.
¡ Evolusi tektonik yang berlangsung selama
Mesozoikum Akhir hingga Kini menyebabkan struktur geologi yang beragam pada
Pulau Papua & beberapa fase magmatisme di sepanjang Pegunungan Tengah Pulau
Papua.
Petroleum System Bintuni Basin
Terdapat
lima bagian penting dari suatu petroleum system pada suatu cekungan yang
dipengaruhi dengan kondisi geologi regional antara lain :
1. Batuan Induk (Source Rock)
Terdapat
dua batuan induk pada cekungan bintuni berupa black shale dan coal seams pada
formasi Ainim (Upper Permian) dan red shale pada formasi Tipuma (Lower
Jurassic)
2. Batuan Reservoar (Reservoir Rock)
Batuan
reservoar yang terdapat pada cekungan Bintuni berupa batupasir pada formasi
Lower Kembelangan (Upper Jurassic) dan batugamping pada formasi Kais dan
Klasafet (Middle Miocene)
3. Migrasi
Terjadi
migrasi hidrokarbon berupa migrasi primer dari source rock ke carrier bed dan
migrasi sekunder dari carrier bed ke reservoir dan trap. Migrasi bergerak secara lateral melalui lapisan permeable
batupasir dan pergerakan vertical migrasi dipengaruhi oleh adanya patahan atau
rekahan.
4. Perangkap (Trap)
Perangkap yang terdapat pada cekungan Bintuni berupa
perangkap struktur berupa antiklin NW-SE dan strike slip faults, sesar yang
berarah E-W
5. Batuan Penudung (Seal)
Batuan penudung pada petroleum sistem cekungan Bintuni
berupa lapisan impermeable yaitu batulempung pada formasi Klasafet dan Lower
Kambelangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar